Minggu, 10 Februari 2013

ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KTSP



ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KTSP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan dimana IPTEK sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Oleh karena itu, kurikulum dalam pendidikan harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan IPTEK. Perubahan yang terjadi pada kurikulum diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik lagi. Kurikulum yang diberlakukan sekarang yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat berjalan secara operasional, sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Perubahan-perubahan kurikulum dalam setiap mata pelajaran, khususnya di Sekolah Dasar pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu pembelajaran di kelas tinggi dan pembelajarn di kelas rendah yang di kenal dengan pembelajaran TEMATIK. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.
Pembelajaran tematik bertujuan untuk
      Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
      Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
      Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,  melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
Adapun pembahasan mengenai isi KTSP ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab II.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan ini, adalah :
1. Analisis isi KTSP yang meliputi kelebihan dan kelemahan KTSP.
2. Analisis proses belajar mengajar pada pembelajaran tematik di kelas rendah

BAB II
ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK  BERDASARKAN KTSP

A. Analisis Isi Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diberlakukan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) artinya kurikulum baru initetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.
KTSP untuk jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah komite sekolah dengan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP. Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini selaras dengan tujuan mata pelajaran PKn.
KTSP juga dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik serta kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana antara kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi serta jenis pendidikan dengan tanpa membedakan suku, agama, dan antar golongan (SARA), adat istiadat, status sosial, ekonomi dan gender. Sehingga sejalan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan KTSP adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak yang mulia, terutama pada mata pelajaran agama dan PKn.
2. Peningkatan potensi, kecerdasan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemempuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistic yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal.
3. Perkembangan IPTEK dan Seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan. Oleh karena itu kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan IPTEK dan Seni.
4. Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian baik pada individu maupun bangsa yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
5. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
6. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurkulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus lebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
Hal-hal tersebut diatas mempunyai prinsip dan tujuan yang sama dengan mata pelajaran PKn di sekolah dasar karena secara ideal PKn membentuk warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan berneagara serta nasionalisme yang tinggi.

B. Kelebihan kurikulum 2006 (KTSP)
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan masing-masing tergantung pada situasi dan kondisi pada saat kurikulum diberlakukan. Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara lain :
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum damasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia, tidak melihat situasi riil dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia. Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.

2. Mendorong guru, kepala sekolah dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan KTSP sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan local yang bisa dimunculkan oleh sekolah.

3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.\

4. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 persen.
Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.


C. Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP)
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia disamping memiliki Kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan KTSP antara lain :
1. kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas guru.
2. kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.
3. masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan.
Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.
4. penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan guru.

D. Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah pada Sekolah Dasar
1.         Pengertian Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik akan  memberikan banyak manfaat, di antaranya:
a.       siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
b.      siswa dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
c.       pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d.      siswa akan lebih mudah menguasai kompetensi  dengan mengkaitkan dengan matapelajaran lain dan dengan pengalaman pribadi siswa;
e.       siswa lebih  mudah menangkap makna belajar dan merasakan manfaat karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
f.       siswa lebih bergairah belajar karena mengalami langsung kegiatan dalam situasi nyata, 
g.      guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik karena melaksanakan pembelajaran beberapa mata pelajaran secara terpadu. Menghemat waktu mulai dari perencanaan sampai kegiatan  remedial atau pengayaan.

2.   Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep yang telah dimiliki siswa. Teori pembelajaran ini dimotori tokoh psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan terkait dengan  kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar dengan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu merancang kegiatan belajar yang bermakna.  Pembelajaran yang mengkaitkan antar mata pelajaran akan menjadi lebih bermakna dan mudah bagi siswa. Keterkaitan materi antar mata pelajaran akan membentuk satu kesatuan, dan siswa memperoleh  pengetahuan secara utuh.  

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman atau kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar dengan permasalahan yang sering ditemui siswa; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan  tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

3.   Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Berpusat pada siswa
b.      Pembelajaran tematik berpusat pada siswa,  yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
c.       Memberikan pengalaman langsung
d.      Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung dan nayata kepada siswa. Pengalaman ini membantu siswa  memahami hal-hal yang lebih abstrak. 
e.       Kerpaduan matapelajaran 
f.       Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. 
g.      Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
h.      Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut sebagai satu kesatuan. Hal ini membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
i.        Bersifat fleksibel
j.        Pembelajaran tematik bersifat luwes. Guru dapat mengaitkan pembelajaran  dengan kehidupan  dan lingkungan siswa.
k.      Minat dan kebutuhan siswa
l.        Pembelajaran tematik sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi  dirinya secara maksimal.
m.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

4.   Rambu-Rambu
a.       Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
b.      Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
c.       Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d.      Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
e.       Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
f.       Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat

Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar negeri No. 101789 Marindal I kecamatan Patumbak belum terlaksana. Hal ini di karenakan kurangnya pengetahuan para guru tentang  pembelajaran tematik sebenarnya. Dan buku – buku pelajaran yang digunakan memang sudah berdasarkan tema tetapi masih terpisah berdasarkan mata pelajaran –mata pelajaran  sehingga guru menyampaikan materi ajar berdasarkan buku sehingga pada penyampaian materi dari beberapa mata pelajaran bisa saja berbeda tema. Kemungkinan masih banyak lagi sekolah – sekolah di Indonesia yang pembelajaran pada kelas rendah yang belum melaksanakan pembelajaran tematik
Agar pembelajaran tematik dapat berjalan sesuia dengan tuntutan Kurikulum KTSP hendaknya pemerintah memberikan pendidikan tentang pembelajar tematik  bagi guru – guru disekolah dasar khususnya guru – guru yang mengajar di kelas rendah.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis KTSP dan proses pembelajaran Tematik di kelas rendah , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perubahan kurikulum yang terjadi dalam dunia pendidikan sejalan dengan IPTEK yang terus berkembang.
2. Kurikulum 2006 (KTSP) dalam pembelajaran PKn mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk melahirkan peserta didik sebagai ilmuan professional sekaligus warga negara Indonesia yang taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku di masyarakat serta cinta tanah air (Nasionalisme) yang tinggi.
3. Kelebihan dari kurikulum 2006 (KTSP) yaitu mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, mendorong guru dan pihak manajemen sekolah untuk meningkatkan kreatifitas dalam program pendidikan, menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan peserta didik, dan memberikan peluang yang lebih luas untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
4. Kelemahan dari kurikulum 2006 (KTSP) yaitu kurangnya SDM, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, masih banyak guru yang belum memahami KTSP, pengurangan jam pelajaran yang berdampak pada berkurangnya pendapatan guru.
5. Proses pembelajaran tematik belum merata terlaksana di Indonesia

2. SARAN
Dari kesimpulan diatas maka penulis berusaha memberikan saran yang diharapkan dapat membantu program pelaksanaan KTSP dengan baik. Saran-saran tersebut antara lain :
1. Lebih ditingkatkan lagi sosialisasi KTSP sehingga dapat meningkatkan SDM guru dan kepala sekolah sesuai dengan perkembangan IPTEK
2. Penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program KTSP.
3. Perlu diadakan pendidikan dan latihan bagi guru – guru yang mengajar di kelas rendah tentang pelaksanaan  pembelajaran tematik 



















DAFTAR PUSTAKA

Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Edisi Pertama. Gaung Persada Press Jakarta. Jakarta
Mulyadi, Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Edisi Pertama. Bina Aksara. Jakarta.
Panduan Lengkap KTSP. 2007.










Penelitian tindakan kelas PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE BERMAIN PUZZLE DI KELAS VI SD NEGERI 101789 KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG TP. 2012/2013 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPenelitian tindakan kelas PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE BERMAIN PUZZLE DI KELAS VI SD NEGERI 101789 KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG TP. 2012/2013 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



Penelitian tindakan kelas
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE
BERMAIN PUZZLE DI KELAS VI SD NEGERI 101789
KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG
TP. 2012/2013


BAB  IV
HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Hasil Penelitian
           Data penelitian diperoleh dari data observasi dan data hasil tes tiap siklusnya. Data observasi berupa pengamatan terhadap kemampuan dan aktivitas siswa yang bermain puzzle. Sementara data tes disajikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus setelah diterapkannya metode bermain puzzle.
1.  Siklus I
           a.  Perencanaan
           Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal tes, dan media pembelajaran berupa permainan puzzle IPS yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam kelas.
b.  Pelaksanaan
           Setelah menyusun perencanaan, selanjutnya peneliti bertindak sebagai guru melakukan pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode diskusi. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilakukan selama 2x pertemua, ada pun kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sebagai berikut:
           Menjelaskan kepada siswa tentang teknis pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan metode bermain puzzle. Peneliti membagi kelas menjadi kelompok diskusi, dimana setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Setiap kelompok diberi tugas untuk memperhatikan, menganalisa dan mencocokkan gambar suatu benua yang telah dibagi menurut batas negara. Setiap kelompok diberi tugas untuk menyusun potongan puzzle negara-negara tersebut, kemudian mengisi lembar kegiatan siswa (LKS) yang berisi nama benua, nama negara, dan ibukotanya. Setelah selesai mengerjakan LKS, setiap kelompok melalui perwakilannya membacakan hasil diskusi. Kelompok lain dipersilahkan bertanya atau menanggapi hasil kerja kelompok tersebut.
c.  Pengamatan/Observasi
           Selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain puzzle, peneliti dibantu oleh Basariah, S.Pd, guru kelas VI selaku mitra kolaborasi untuk mengamati seluruh aktivitas atau kegaiatan yang terjadi dengan menggunakan lembar pengamatan/observasi yang telah dipersiapkan. Secara ringkas, hasil pengamatan mitra kolaborasi tentang aktivitas siswa dalam pelajaran IPS selama pelaksanaan siklus I dirangkum pada tabel berikut:








Tabel 1. Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I









No.
No. Urut Siswa
Nomor Indikator Aktivitas
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
1
Siswa 1
0
0
0
0
1
1
20,0
2
Siswa 2
0
1
0
0
1
2
40,0
3
Siswa 3
0
0
0
0
1
1
20,0
4
Siswa 4
1
1
0
0
0
2
40,0
5
Siswa 5
1
1
1
0
0
3
60,0
6
Siswa 6
1
1
0
0
1
3
60,0
7
Siswa 7
0
1
0
0
1
2
40,0
8
Siswa 8
1
0
1
0
0
2
40,0
9
Siswa 9
1
1
0
0
0
2
40,0
10
Siswa 10
1
1
0
0
0
2
40,0
11
Siswa 11
1
1
0
0
0
2
40,0
12
Siswa 12
0
1
1
0
1
3
60,0
13
Siswa 13
1
0
1
1
0
3
60,0
14
Siswa 14
0
1
1
0
1
3
60,0
15
Siswa 15
1
0
0
0
0
1
20,0
16
Siswa 16
1
1
1
0
0
3
60,0
17
Siswa 17
1
1
0
0
0
2
40,0
18
Siswa 18
0
1
1
0
0
2
40,0
19
Siswa 19
1
0
0
1
0
2
40,0
20
Siswa 20
1
1
0
1
0
3
60,0
21
Siswa 21
1
1
1
0
0
3
60,0
22
Siswa 22
1
0
0
1
0
2
40,0
23
Siswa 23
1
1
0
0
0
2
40,0
24
Siswa 24
0
1
0
1
0
2
40,0
25
Siswa 25
1
1
0
0
0
2
40,0
Jumlah
17
18
8
5
7


Persentase
68%
72%
32%
20%
28%












Keterangan Indikator Aktivitas




1
Siswa memahami materi pembelajaran
2
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan  
3
Mengetahui nama negara dan ibukotanya

4
Menjawab pertanyaan dari guru



5
Berkompetisi secara sehat antar siswa




Penilaian








Melakukan aktivitas


=    1




Tidak melakukan aktivitas
=    0




Tabel 2.  Data Indikator Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
No
Indikator
Jumlah Siswa
Persentase
1
Siswa memahami materi pembelajaran
17
68%
2
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan  
18
72%
3
Mengetahui nama negara dan ibukotanya
8
32%
4
Menjawab pertanyaan dari guru
5
20%
5
Berkompetisi secara sehat antar siswa
7
28%
Rata-rata
11
44%

Berdasarkan data di atas, jumlah siswa yang aktif berdasarkan indikator aktivitas hanya 11 orang (44%). Aktivitas siswa lebih didominasi oleh aktivitas memperhatikan dan memahami materi pelajaran (68%), aktivitas dapat menyusun puzzle dengan benar dan tepat waktu 72%, pengetahuan siswa menyebut nama negara dan ibukotanya 32%, menjawab pertanyaan dari guru 20% dan mampu berkompetsisi secara sehat antar siswa 28%. Sehingga persentase siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I dikategorikan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Kategori Skor Aktivitas Siswa Siklus I
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategori
Keterangan
1 - 19
3
12%
sangat rendah
tidak aktif
20 - 39
14
56%
rendah
kurang aktif
40 - 59
8
32%
sedang
cukup aktif
60 - 79
0
0%
tinggi
aktif
80 - 100
0
0%
sangat tinggi
sangat aktif

Tabel 4. Hasil Perolehan Nilai Tes pada Siklus I
No.
No. Urut Siswa
Skor
Nilai
Keterangan
Belum Tuntas
Tuntas
1
No. Urut Siswa 1
7
35
Belum Tuntas

2
No. Urut Siswa 2
12
60

Tuntas
3
No. Urut Siswa 3
10
50
Belum Tuntas

4
No. Urut Siswa 4
18
90

Tuntas
5
No. Urut Siswa 5
18
90

Tuntas
6
No. Urut Siswa 6
15
75

Tuntas
7
No. Urut Siswa 7
14
70

Tuntas
8
No. Urut Siswa 8
8
40
Belum Tuntas

9
No. Urut Siswa 9
10
50
Belum Tuntas

10
No. Urut Siswa 10
11
55
Belum Tuntas

11
No. Urut Siswa 11
11
55
Belum Tuntas

12
No. Urut Siswa 12
16
80

Tuntas
13
No. Urut Siswa 13
10
50
Belum Tuntas

14
No. Urut Siswa 14
12
60

Tuntas
15
No. Urut Siswa 15
10
50
Belum Tuntas

16
No. Urut Siswa 16
15
75

Tuntas
17
No. Urut Siswa 17
14
70

Tuntas
18
No. Urut Siswa 18
12
60

Tuntas
19
No. Urut Siswa 19
12
60

Tuntas
20
No. Urut Siswa 20
12
60

Tuntas
21
No. Urut Siswa 21
11
55
Belum Tuntas

22
No. Urut Siswa 22
13
65

Tuntas
23
No. Urut Siswa 23
9
45
Belum Tuntas

24
No. Urut Siswa 24
14
70

Tuntas
25
No. Urut Siswa 25
10
50
Belum Tuntas

Jumlah
332
1660


Rata-rata
12,30
61,48


Belum Tuntas (Persentase)


11 (44%)

Tuntas (Persentase)



 14 (56%)

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa hasil perolehan nilai tes pada Siklus I terdapat 11 siswa (44%) yang belum tuntas belajar, sedangkan yang tuntas belajar hanya 14 orang (56%).
d.  Refleksi
           Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I, dapat dilihat bahwa penerapan metode bermain puzzle belum secara optimal dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penyebab utama adalah kinerja guru belum maksimal. Hal ini disebabkan guru belum sepenuhnya melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara maksimal.
           Hal tersebut di atas berdampak pada masih banyaknya siswa yang tergolong tidak aktif atau kurang aktif yaitu sebanyak 17 siswa (68%),  sementara hanya 8 siswa (32%) yang termasuk dalam kategori cukup aktif, sementara siswa yang tergolong aktif dan sangat aktif (0%). Kemudian pada indikator aktivitas, aktivitas mengajukan  menjawab pertanyaan dari guru hanya 5 orang (20%), siswa yang mengetahui nama negara dan ibukotanya juga masih rendah yaitu 8 orang (32%). Secara keseluruhan jika dirata-ratakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode bermain puzzle persentasenya masih 44%.
           Hasil tes pada siklus I juga belum memenuhi target ketuntasan (KKM). Rata-rata tes hanya mencapai nilai 61,48 dari target KKM nilai 65,0. Sementara persentase ketuntasan belajar yaitu siswa yang mencapai nilai 65,0 atau lebih hanya mencapai 56% dari target KKM 75%.  
           Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, peneliti bersama mitra kolaborasi (pengamat) melalukan analisis sebagai berikut: peneliti tampak buru-buru memberikan materi pelajaran kepada siswa sehingga banyak materi yang kurang dipahami siswa, peneliti juga kurang memberikan perhatian pada siswa/kelompok yang mengalami kesulitan belajar. Siswa belum terbiasa dengan metode bermain puzzle dan kegiatan belajar dalam kelompok.
           Berasarkan observasi analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah :
1)     Guru atau peneliti menyiapkan garis besar materi yang akan disampaikan kepada siswa sehingga penyampaian materi dapat dilakukan sesuai waktu yang dialokasikan.
2)     Guru atau peneliti akan mempertegas aturan berdiskusi, guru akan berkeliling kelas membimbing dan memberi bantuan kepada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan.
3)     Menghimbau kepada siswa agar membaca materi pelajaran di rumah dan mempersiapkan kelompok yang akan membacakan hasil diskusi, juru bicara, penjawab soal, dan menyiapkan pertanyaan untuk kelompok lain.

2.  Siklus II
           a.  Perencanaan
           Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I yang telah dilakukan, peneliti bersama mitra kolaborasi mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2x pertemuan dengan menggunakan metode examples non examples. Peneliti akan meningkatkan kinerja secara optimal dalam proses pembelajaran.  Peneliti dan mitra kolaborasi sepakat bahwa skenario pembelajaran disusun ulang pada siklus II. Sebelum pembelajaran dimulai, telah ditentukan terlebih dahulu pembaca hasil diskusi, mempersiapkan pertanyaan, dan penjawab soal di tiap kelompok. Kemudian disiapkan lembar puzzle yang akan disusun siswa. Skenario ini disusun untuk meningkatkan aktivitas siswa, disiapkan juga lembar observasi untuk memantau aktivitas siswa.   
b.  Pelaksanaan
           Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus I, ada beberapa kegiatan yang ditingkatkan intensitasnya, seperti: membangkitkan motivasi siswa, menjelaskan materi pelajaran dengan lebih jelas, mengkondisikan siswa untuk bersiap dalam belajar kelompok, mengkondisikan siswa untuk berani menjawab dan mengajukan pertanyaan, serta memberi apresiasi (penghargaan) berupa pujian atau nilai kepada siswa yang aktif.   
           c.  Pengamatan/Observasi
Dalam siklus II ini peneliti dan mitra kolaborasi juga menyiapkan lembar observasi untuk memantau perkembangan aktivitas siswa dalam kelas. Hasil observasi dari siklus II ini kemudian dibandingkan dengan hasil observasi di siklus I untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk selanjutnya hasil observasi pada siklus II ditampilkan dalam beberapa tabel berikut:


Tabel 5. Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No.
No. Urut Siswa
Nomor Indikator Aktivitas
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
1
Siswa 1
1
0
1
0
1
3
60,0
2
Siswa 2
0
1
1
1
1
4
80,0
3
Siswa 3
1
0
1
0
1
3
60,0
4
Siswa 4
1
1
1
0
1
4
80,0
5
Siswa 5
1
1
1
0
0
3
60,0
6
Siswa 6
1
1
1
1
1
5
100,0
7
Siswa 7
0
1
1
1
1
4
80,0
8
Siswa 8
1
0
1
0
0
2
40,0
9
Siswa 9
1
1
1
1
1
5
100,0
10
Siswa 10
1
1
0
1
0
3
60,0
11
Siswa 11
1
1
1
0
1
4
80,0
12
Siswa 12
0
1
1
0
1
3
60,0
13
Siswa 13
1
1
1
1
1
5
100,0
14
Siswa 14
0
1
1
0
1
3
60,0
15
Siswa 15
1
0
1
1
1
4
80,0
16
Siswa 16
1
1
1
1
1
5
100,0
17
Siswa 17
1
1
0
0
1
3
60,0
18
Siswa 18
0
1
1
1
0
3
60,0
19
Siswa 19
1
0
0
1
1
3
60,0
20
Siswa 20
1
1
0
1
0
3
60,0
21
Siswa 21
1
1
1
0
0
3
60,0
22
Siswa 22
1
0
1
1
1
4
80,0
23
Siswa 23
1
1
0
1
0
3
60,0
24
Siswa 24
0
1
1
1
0
3
60,0
25
Siswa 25
1
1
1
0
1
4
80,0
Jumlah
19
19
20
14
17


Persentase
76,0
76,0
80,0
56,0
68,0












Keterangan Indikator Aktivitas




1
Siswa memahami materi pembelajaran
2
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan  
3
Mengetahui nama negara





4
Menjawab pertanyaan dari guru



5
Berkompetisi secara sehat antar siswa




Penilaian








Melakukan aktivitas



=    1


Tidak melakukan aktivitas

=    0















Tabel 6.  Data Indikator Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II
No
Indikator
Jumlah Siswa
Persentase
1
Siswa memahami materi pembelajaran
19
76%
2
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan  
19
76%
3
Mengetahui nama negara dan ibukotanya
20
80%
4
Menjawab pertanyaan dari guru
14
56%
5
Berkompetisi secara sehat antar siswa
17
68%
Rata-rata
18
71%

Pada siklus II berdasarkan data di atas, terlihat jumlah siswa yang aktif mengalami peningkatan. Secara klasikal, rata-rata siswa yang aktif sudah mencapai 71%   berdasarkan indikator aktivitas.  Aktivitas siswa didominasi oleh aktivitas memperhatikan dan memahami materi pelajaran (76%), aktivitas dapat menyusun puzzle dengan benar dan tepat waktu 76%, pengetahuan siswa menyebut nama negara dan ibukotanya 80%, menjawab pertanyaan dari guru 56% dan mampu berkompetsisi secara sehat antar siswa 68%. Sehingga persentase siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I dikategorikan dalam tabel berikut :
Tabel 7. Kategori Skor Aktivitas Siswa Siklus II
Skor
Frekuensi
Persentase
Kategori
Keterangan
1 - 19
0
0%
sangat rendah
tidak aktif
20 - 39
0
0%
rendah
kurang aktif
40 - 59
1
4%
sedang
cukup aktif
60 - 79
13
52%
tinggi
aktif
80 - 100
11
44%
sangat tinggi
sangat aktif

Tabel 8. Hasil Perolehan Nilai Tes pada Siklus II
No.
No. Urut Siswa
Skor
Nilai
Keterangan
Belum Tuntas
Tuntas
1
No. Urut Siswa 1
9
45
Belum Tuntas

2
No. Urut Siswa 2
14
70

Tuntas
3
No. Urut Siswa 3
11
55
Belum Tuntas
Tuntas
4
No. Urut Siswa 4
20
100

Tuntas
5
No. Urut Siswa 5
20
100

Tuntas
6
No. Urut Siswa 6
15
75

Tuntas
7
No. Urut Siswa 7
14
70

Tuntas
8
No. Urut Siswa 8
10
50
Belum Tuntas

9
No. Urut Siswa 9
11
55
Belum Tuntas

10
No. Urut Siswa 10
12
60

Tuntas
11
No. Urut Siswa 11
13
70

Tuntas
12
No. Urut Siswa 12
18
85

Tuntas
13
No. Urut Siswa 13
12
60

Tuntas
14
No. Urut Siswa 14
14
75

Tuntas
15
No. Urut Siswa 15
12
65

Tuntas
16
No. Urut Siswa 16
18
90

Tuntas
17
No. Urut Siswa 17
15
75

Tuntas
18
No. Urut Siswa 18
14
70

Tuntas
19
No. Urut Siswa 19
14
75

Tuntas
20
No. Urut Siswa 20
13
65

Tuntas
21
No. Urut Siswa 21
12
60

Tuntas
22
No. Urut Siswa 22
16
80

Tuntas
23
No. Urut Siswa 23
16
85

Tuntas
24
No. Urut Siswa 24
13
65

Tuntas
25
No. Urut Siswa 25
11
55
Belum Tuntas

Jumlah
347
1755


Rata-rata
13,88
70,20


Belum Tuntas (Persentase)


5 (20%)

Tuntas (Persentase)



20 (80%)

Dari tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa hasil perolehan nilai tes pada Siklus II terdapat 5 siswa (20%) yang tidak tuntas belajar, sedangkan yang tuntas belajar telah mencapai 20 orang (80%).
d.  Refleksi
           Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama siklus II dapat disimpulkan  bahwa penggunaan metode bermain dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPS. Hal ini tampak dari berkurangnya siswa yang tergolong tidak atau kurang aktif, pada siklus I sebanyak  17 siswa (68%) yang tidak aktif atau kurang aktif, dan pada siklus II menurun menjadi 1 siswa (4%) pada siklus II.  
           Hasil indikator aktivitas siswa juga mengalami kenaikan dari 44% pada siklus I menjadi 71% pada siklus II. Aktivitas kemampuan siswa dalam menyusun puzzle dan mengetahui nama negara dan ibukotanya meningkat cukup signifikan. 
Ketuntasan belajar siswa juga meningkat, pada siklus I nilai rata-rata 61,48, yang tidak tuntas belajar 44%, sementara  persentase tuntas belajar 56%. Pada siklus II terjadi peningkatan, nilai rata-rata 70,20 dengan persentase 20% yang tidak tuntas belajar, sementara yang tuntas belajar meningkat menjadi 80%.
Setelah dilakukan analisis dan refleksi siklus II diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode bermain puzzle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VI di SD Negeri 101789 Kec. Patumbak TP. 2012/2013. 




B.  Pembahasan Hasil Penelitian
1. Aktivitas Belajar Siswa
           Pembelajaran dengan menerapkan metode bermain puzzle dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran IPS pada pokok bahasan mengidentifikasi benua-benua. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang telihat selama penelitian. Ada pun peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 9. Data Perbandingan Indikator Aktivitas
Belajar Siswa Pada Siklus I dan II

No.
Indikator
Jumlah Siswa
Persentase
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
1
Siswa memahami materi pembelajaran
17
19
68%
76%
2
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan  
18
19
72%
76%
3
Mengetahui nama negara dan ibukotanya
8
20
32%
80%
4
Menjawab pertanyaan dari guru
5
14
20%
56%
5
Berkompetisi secara sehat antar siswa
7
17
28%
68%
Rata-rata
11
18
44%
71%

            Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa indikator aktivitas mengalami kenaikan, dimana pada siklus I hanya 44% dari indikator aktivitas dapat dilaksanakan siswa. Namun pada siklus II mengalami kenaikan 71% dimana siswa sudah dapat melaksanakan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Indikator aktivitas tertinggi dapat dilihat semakin mantapnya siswa dalam memperhatikan materi pelajaran (76%), menyusun puzzle (76%) dan mengetahui negara serta ibukotanya (80%).

Tabel 10. Data Perbandingan Peningkatan Aktivitas
Belajar Siswa Pada Siklus I dan II

Skor
Frekuensi
Persentase
Kategori
Keterangan
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
1 - 19
3
0
12%
0%
sangat rendah
tidak aktif
20 - 39
14
0
56%
0%
rendah
kurang aktif
40 - 59
8
1
32%
4%
sedang
cukup aktif
60 - 79
0
13
0%
52%
tinggi
aktif
80 - 100
0
11
0%
44%
sangat tinggi
sangat aktif

5432151234
Gambar 2. Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
Pada Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan data di atas maka ada peningkatan aktivitas belajar siswa per siklusnya. Jika pada siklus I masih ada 12% siswa yang tidak aktif, sementara siswa yang kurang aktif 56%, dan cukup aktif 42%. Tidak ada siswa yang aktif atau sangat aktif (0%). Kemudian pada siklus II ada peningkatan aktivitas. Pada siklus II, siswa yang tidak aktif atau kiurang aktif sudah tidak ada lagi (0%), hanya 4% siswa yang cukup aktif,  (6,1%), sementara siswa aktif sebanyak 52% dan siswa yang sangat aktif persentasenya mencapai 44%. 
2.    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bermain puzzle memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar melalui tes yang dilakukan setiap siklusnya. 
 Tabel 11.  Data Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dan II
Skor
Frekuensi
Persentase
Keterangan
Nilai Rata-rata
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
 1 - 64
11
5
44%
20%
Tidak tuntas
61,48
70,20
65 - 100
14
20
56%
80%
Tuntas

BABA
Gambar 3. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
           Dari analisis data pada setiap siklus diperoleh perubahan positif terhadap nilai rata-rata dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 11 orang (44%), sedangkan persentase ketuntasan belajar sebesar 54,5% dengan nilai rata-rata 61,48. Pada siklus II, siswa yang tidak tuntas belajar tinggal 5 orang (20%), sedangkan siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 orang (80%) dengan nilai rata-rata 70,20.
           Dari hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS melalui metode bermain puzzle pada kelas VI di SD Negeri 101789 Marindal I TP. 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar dengan jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan belajar mencapai 80%, dan hal ini sudah melebih dari target KKM sebesar 75%.