Rabu, 13 Februari 2013
Minggu, 10 Februari 2013
ANALISIS PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KTSP
ANALISIS
PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KTSP
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola
pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berpengaruh
besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang
dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya.
Tanggung jawab melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan
di sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab
menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui
proses pengajaran dalam kelas.
Pendidikan
perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan
dimana IPTEK sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Oleh karena
itu, kurikulum dalam pendidikan harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan IPTEK. Perubahan yang terjadi pada kurikulum
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik lagi. Kurikulum
yang diberlakukan sekarang yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat
berjalan secara operasional, sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup
bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari
peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Perubahan-perubahan
kurikulum dalam setiap mata pelajaran, khususnya di Sekolah Dasar pembelajaran
dibagi menjadi dua yaitu pembelajaran di kelas tinggi dan pembelajarn di kelas
rendah yang di kenal dengan pembelajaran TEMATIK. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta
didik.
Pembelajaran tematik bertujuan untuk
•
Memberikan
pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
•
Memberikan
pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
•
Memberikan
keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam
pembelajaran tematik.
Adapun
pembahasan mengenai isi KTSP ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab II.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dari laporan ini, adalah :
1. Analisis
isi KTSP yang meliputi kelebihan dan kelemahan KTSP.
2.
Analisis proses belajar mengajar pada pembelajaran tematik di kelas rendah
BAB
II
ANALISIS
PEMBELAJARAN TEMATIK BERDASARKAN KTSP
A.
Analisis Isi Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum
merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan
pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) yang diberlakukan Departemen Pendidikan Nasional melalui
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sesungguhnya dimaksudkan untuk
mempertegas pelaksanaan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) artinya kurikulum
baru initetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.
KTSP
untuk jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah komite sekolah dengan
berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan
penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP. Pengembangan KTSP berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan
potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal
ini selaras dengan tujuan mata pelajaran PKn.
KTSP
juga dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik
serta kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dimana antara kepentingan nasional dan daerah harus
saling mengisi serta jenis pendidikan dengan tanpa membedakan suku, agama, dan
antar golongan (SARA), adat istiadat, status sosial, ekonomi dan gender.
Sehingga sejalan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan KTSP adalah sebagai berikut :
1.
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta
didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran
dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak yang mulia, terutama
pada mata pelajaran agama dan PKn.
2.
Peningkatan potensi, kecerdasan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemempuan peserta didik
Pendidikan
merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistic
yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang
secara optimal.
3.
Perkembangan IPTEK dan Seni
Pendidikan
perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan. Oleh karena itu kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan IPTEK dan Seni.
4.
Dinamika perkembangan global
Pendidikan
harus menciptakan kemandirian baik pada individu maupun bangsa yang sangat
penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas.
5.
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan
diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang
menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap
kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperat keutuhan bangsa dalam
wilayah NKRI.
6.
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurkulum
harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat
setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi
pada budaya setempat harus lebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya
dari daerah dan bangsa lain.
Hal-hal
tersebut diatas mempunyai prinsip dan tujuan yang sama dengan mata pelajaran
PKn di sekolah dasar karena secara ideal PKn membentuk warga negara yang
memiliki wawasan berbangsa dan berneagara serta nasionalisme yang tinggi.
B.
Kelebihan kurikulum 2006 (KTSP)
Setiap
kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan masing-masing
tergantung pada situasi dan kondisi pada saat kurikulum diberlakukan.
Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara lain :
1.
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam pendidikan.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum damasa
lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia, tidak melihat
situasi riil dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Untuk
itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap
mutu dunia pendidikan di Indonesia. Dengan semangat otonomi itu, sekolah
bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.
2.
Mendorong guru, kepala sekolah dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan
kreatifitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
Dengan
berpijak pada panduan KTSP sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan,
dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan
potensi keunggulan local yang bisa dimunculkan oleh sekolah.
3.
KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran
tertentu bagi kebutuhan siswa.
KTSP
menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan
siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat
lebih menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di
bidang kepariwisataan lainnya.\
4.
KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang
lebih 20 persen.
Dengan
diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena KTSP lebih sederhana.
Tetapi tetap memberikan tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya
pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam
pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang
tercipta pun terkesan sangat formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak. Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak
dan mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan
kepribadiannya secara alami.
C.
Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP)
Setiap
kurikulum yang diberlakukan di Indonesia disamping memiliki Kelebihan juga
memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan KTSP antara lain :
1.
kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada.
Pola
penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum
bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk
menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang
terlanjur mengekang kreatifitas guru.
2.
kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP.
Ketersediaan
sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu syarat yang paling
penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan masih
banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas
penunjang lainnya.
3.
masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik
konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan.
Masih
rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP
dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara
menyeluruh.
4.
penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada
pendapatan guru.
D. Pembelajaran
Tematik di Kelas Rendah pada Sekolah Dasar
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan
tahapan perkembangan anak, cara anak belajar,
konsep belajar dan pembelajaran bermakna, kegiatan pembelajaran bagi
anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik. Pembelajaan
tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik akan memberikan banyak manfaat, di antaranya:
a. siswa
mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
b. siswa
dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema
yang sama;
c. pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d. siswa
akan lebih mudah menguasai kompetensi
dengan mengkaitkan dengan matapelajaran lain dan dengan pengalaman
pribadi siswa;
e. siswa
lebih mudah menangkap makna belajar dan
merasakan manfaat karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
f. siswa
lebih bergairah belajar karena mengalami langsung kegiatan dalam situasi
nyata,
g. guru
dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik
karena melaksanakan pembelajaran beberapa mata pelajaran secara terpadu.
Menghemat waktu mulai dari perencanaan sampai kegiatan remedial atau pengayaan.
2. Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep
yang telah dimiliki siswa. Teori pembelajaran ini dimotori tokoh psikologi
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
terkait dengan kebutuhan dan
perkembangan anak.
Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar dengan melakukan
sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu merancang kegiatan belajar yang
bermakna. Pembelajaran yang mengkaitkan
antar mata pelajaran akan menjadi lebih bermakna dan mudah bagi siswa.
Keterkaitan materi antar mata pelajaran akan membentuk satu kesatuan, dan siswa
memperoleh pengetahuan secara utuh.
Beberapa
ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman atau kegiatan
belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah
dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih
bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih
lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan
kegiatan belajar dengan permasalahan yang sering ditemui siswa; dan 6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan
pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa
manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator
serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi
dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan
yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau
alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran
menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi
yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka
penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai
suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpusat
pada siswa
b. Pembelajaran
tematik berpusat pada siswa, yang
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan belajar.
c. Memberikan
pengalaman langsung
d. Pembelajaran
tematik dapat memberikan pengalaman langsung dan nayata kepada siswa.
Pengalaman ini membantu siswa memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
e. Kerpaduan
matapelajaran
f. Dalam
pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu
jelas.
g. Menyajikan
konsep dari berbagai matapelajaran
h. Pembelajaran
tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep
tersebut sebagai satu kesatuan. Hal ini membantu siswa dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
i.
Bersifat fleksibel
j.
Pembelajaran tematik bersifat luwes.
Guru dapat mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan dan lingkungan
siswa.
k.
Minat dan kebutuhan siswa
l.
Pembelajaran tematik sesuai dengan minat
dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara
maksimal.
m.
Menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan
4. Rambu-Rambu
a. Tidak
semua mata pelajaran harus dipadukan
b. Dimungkinkan
terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
c.
Kompetensi dasar yang tidak dapat
dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak
diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d.
Kompetensi dasar yang tidak tercakup
pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun
disajikan secara tersendiri.
e.
Kegiatan pembelajaran ditekankan pada
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
f.
Tema-tema yang dipilih disesuaikan
dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat
Pelaksanaan
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar negeri No. 101789 Marindal I kecamatan
Patumbak belum terlaksana. Hal ini di karenakan kurangnya pengetahuan para guru
tentang pembelajaran tematik sebenarnya.
Dan buku – buku pelajaran yang digunakan memang sudah berdasarkan tema tetapi
masih terpisah berdasarkan mata pelajaran –mata pelajaran sehingga guru menyampaikan materi ajar
berdasarkan buku sehingga pada penyampaian materi dari beberapa mata pelajaran
bisa saja berbeda tema. Kemungkinan masih banyak lagi sekolah – sekolah di Indonesia
yang pembelajaran pada kelas rendah yang belum melaksanakan pembelajaran
tematik
Agar
pembelajaran tematik dapat berjalan sesuia dengan tuntutan Kurikulum KTSP
hendaknya pemerintah memberikan pendidikan tentang pembelajar tematik bagi guru – guru disekolah dasar khususnya
guru – guru yang mengajar di kelas rendah.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
1
KESIMPULAN
Dari
hasil analisis KTSP dan proses pembelajaran Tematik di kelas rendah , maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Perubahan kurikulum yang terjadi dalam dunia pendidikan sejalan dengan IPTEK
yang terus berkembang.
2.
Kurikulum 2006 (KTSP) dalam pembelajaran PKn mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk melahirkan peserta didik sebagai ilmuan professional sekaligus warga
negara Indonesia yang taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku di
masyarakat serta cinta tanah air (Nasionalisme) yang tinggi.
3.
Kelebihan dari kurikulum 2006 (KTSP) yaitu mendorong terwujudnya otonomi
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, mendorong guru dan pihak manajemen
sekolah untuk meningkatkan kreatifitas dalam program pendidikan,
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan
peserta didik, dan memberikan peluang yang lebih luas untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
4.
Kelemahan dari kurikulum 2006 (KTSP) yaitu kurangnya SDM, kurangnya
ketersediaan sarana dan prasarana, masih banyak guru yang belum memahami KTSP,
pengurangan jam pelajaran yang berdampak pada berkurangnya pendapatan guru.
5.
Proses pembelajaran tematik belum merata terlaksana di Indonesia
2.
SARAN
Dari
kesimpulan diatas maka penulis berusaha memberikan saran yang diharapkan dapat
membantu program pelaksanaan KTSP dengan baik. Saran-saran tersebut antara lain
:
1.
Lebih ditingkatkan lagi sosialisasi KTSP sehingga dapat meningkatkan SDM guru
dan kepala sekolah sesuai dengan perkembangan IPTEK
2.
Penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program KTSP.
3.
Perlu diadakan pendidikan dan latihan bagi guru – guru yang mengajar di kelas
rendah tentang pelaksanaan pembelajaran
tematik
DAFTAR
PUSTAKA
Haryati,
Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Edisi
Pertama. Gaung Persada Press Jakarta. Jakarta
Mulyadi,
Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Edisi Pertama. Bina
Aksara. Jakarta.
Panduan
Lengkap KTSP. 2007.
Penelitian tindakan kelas PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE BERMAIN PUZZLE DI KELAS VI SD NEGERI 101789 KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG TP. 2012/2013 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPenelitian tindakan kelas PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE BERMAIN PUZZLE DI KELAS VI SD NEGERI 101789 KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG TP. 2012/2013 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN
METODE
BERMAIN PUZZLE DI KELAS VI SD NEGERI
101789
KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG
TP. 2012/2013
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Data penelitian diperoleh dari data
observasi dan data hasil tes tiap siklusnya. Data observasi berupa pengamatan
terhadap kemampuan dan aktivitas siswa yang bermain puzzle. Sementara data tes
disajikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus setelah
diterapkannya metode bermain puzzle.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal tes, dan media pembelajaran
berupa permainan puzzle IPS yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Selain itu
juga dipersiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam kelas.
b. Pelaksanaan
Setelah menyusun perencanaan,
selanjutnya peneliti bertindak sebagai guru melakukan pembelajaran di dalam
kelas dengan menggunakan metode diskusi. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I
dilakukan selama 2x pertemua, ada pun kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sebagai
berikut:
Menjelaskan kepada siswa tentang
teknis pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan metode bermain
puzzle. Peneliti membagi kelas menjadi kelompok diskusi, dimana setiap kelompok
terdiri dari 3-4 siswa. Setiap kelompok diberi tugas untuk memperhatikan,
menganalisa dan mencocokkan gambar suatu benua yang telah dibagi menurut batas
negara. Setiap kelompok diberi tugas untuk menyusun potongan puzzle
negara-negara tersebut, kemudian mengisi lembar kegiatan siswa (LKS) yang
berisi nama benua, nama negara, dan ibukotanya. Setelah selesai mengerjakan
LKS, setiap kelompok melalui perwakilannya membacakan hasil diskusi. Kelompok
lain dipersilahkan bertanya atau menanggapi hasil kerja kelompok tersebut.
c.
Pengamatan/Observasi
Selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain puzzle, peneliti dibantu oleh Basariah, S.Pd, guru
kelas VI selaku mitra kolaborasi untuk mengamati seluruh aktivitas atau
kegaiatan yang terjadi dengan menggunakan lembar pengamatan/observasi yang
telah dipersiapkan. Secara ringkas, hasil pengamatan mitra kolaborasi tentang
aktivitas siswa dalam pelajaran IPS selama pelaksanaan siklus I dirangkum pada
tabel berikut:
Tabel 1. Data Aktivitas Belajar
Siswa Siklus I
|
||||||||
No.
|
No. Urut Siswa
|
Nomor Indikator
Aktivitas
|
Jumlah
|
Skor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Siswa 1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
20,0
|
2
|
Siswa 2
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
2
|
40,0
|
3
|
Siswa 3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
20,0
|
4
|
Siswa 4
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
5
|
Siswa 5
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
60,0
|
6
|
Siswa 6
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
7
|
Siswa 7
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
2
|
40,0
|
8
|
Siswa 8
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
9
|
Siswa 9
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
10
|
Siswa 10
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
11
|
Siswa 11
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
12
|
Siswa 12
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
13
|
Siswa 13
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
14
|
Siswa 14
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
15
|
Siswa 15
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
20,0
|
16
|
Siswa 16
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
60,0
|
17
|
Siswa 17
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
18
|
Siswa 18
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
19
|
Siswa 19
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
2
|
40,0
|
20
|
Siswa 20
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
21
|
Siswa 21
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
60,0
|
22
|
Siswa 22
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
2
|
40,0
|
23
|
Siswa 23
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
24
|
Siswa 24
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
2
|
40,0
|
25
|
Siswa 25
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
Jumlah
|
17
|
18
|
8
|
5
|
7
|
|
|
|
Persentase
|
68%
|
72%
|
32%
|
20%
|
28%
|
|
|
|
Keterangan Indikator Aktivitas
|
||||||||
1
|
Siswa memahami materi
pembelajaran
|
|||||||
2
|
Siswa dapat menyusun
puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan
|
|||||||
3
|
Mengetahui nama negara
dan ibukotanya
|
|||||||
4
|
Menjawab pertanyaan
dari guru
|
|||||||
5
|
Berkompetisi secara
sehat antar siswa
|
|||||||
Penilaian
|
||||||||
Melakukan aktivitas
|
= 1
|
|||||||
Tidak melakukan
aktivitas
|
= 0
|
Tabel 2. Data Indikator Aktivitas Belajar Siswa Pada
Siklus I
No
|
Indikator
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
1
|
Siswa memahami materi pembelajaran
|
17
|
68%
|
2
|
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang
ditentukan
|
18
|
72%
|
3
|
Mengetahui nama negara dan ibukotanya
|
8
|
32%
|
4
|
Menjawab pertanyaan dari guru
|
5
|
20%
|
5
|
Berkompetisi secara sehat antar siswa
|
7
|
28%
|
Rata-rata
|
11
|
44%
|
Berdasarkan data di atas, jumlah siswa yang
aktif berdasarkan indikator aktivitas hanya 11 orang (44%). Aktivitas siswa
lebih didominasi oleh aktivitas memperhatikan dan memahami materi pelajaran
(68%), aktivitas dapat menyusun puzzle dengan benar dan tepat waktu 72%,
pengetahuan siswa menyebut nama negara dan ibukotanya 32%, menjawab pertanyaan
dari guru 20% dan mampu berkompetsisi secara sehat antar siswa 28%. Sehingga
persentase siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I
dikategorikan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Kategori
Skor Aktivitas Siswa Siklus I
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Kategori
|
Keterangan
|
1 - 19
|
3
|
12%
|
sangat rendah
|
tidak aktif
|
20 - 39
|
14
|
56%
|
rendah
|
kurang aktif
|
40 - 59
|
8
|
32%
|
sedang
|
cukup aktif
|
60 - 79
|
0
|
0%
|
tinggi
|
aktif
|
80 - 100
|
0
|
0%
|
sangat tinggi
|
sangat aktif
|
Tabel 4. Hasil
Perolehan Nilai Tes pada Siklus I
No.
|
No. Urut Siswa
|
Skor
|
Nilai
|
Keterangan
|
|
Belum Tuntas
|
Tuntas
|
||||
1
|
No.
Urut Siswa 1
|
7
|
35
|
Belum Tuntas
|
|
2
|
No.
Urut Siswa 2
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
3
|
No.
Urut Siswa 3
|
10
|
50
|
Belum Tuntas
|
|
4
|
No.
Urut Siswa 4
|
18
|
90
|
|
Tuntas
|
5
|
No.
Urut Siswa 5
|
18
|
90
|
|
Tuntas
|
6
|
No.
Urut Siswa 6
|
15
|
75
|
|
Tuntas
|
7
|
No.
Urut Siswa 7
|
14
|
70
|
|
Tuntas
|
8
|
No.
Urut Siswa 8
|
8
|
40
|
Belum Tuntas
|
|
9
|
No.
Urut Siswa 9
|
10
|
50
|
Belum Tuntas
|
|
10
|
No.
Urut Siswa 10
|
11
|
55
|
Belum Tuntas
|
|
11
|
No.
Urut Siswa 11
|
11
|
55
|
Belum Tuntas
|
|
12
|
No.
Urut Siswa 12
|
16
|
80
|
|
Tuntas
|
13
|
No.
Urut Siswa 13
|
10
|
50
|
Belum Tuntas
|
|
14
|
No.
Urut Siswa 14
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
15
|
No.
Urut Siswa 15
|
10
|
50
|
Belum Tuntas
|
|
16
|
No.
Urut Siswa 16
|
15
|
75
|
|
Tuntas
|
17
|
No.
Urut Siswa 17
|
14
|
70
|
|
Tuntas
|
18
|
No.
Urut Siswa 18
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
19
|
No.
Urut Siswa 19
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
20
|
No.
Urut Siswa 20
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
21
|
No.
Urut Siswa 21
|
11
|
55
|
Belum Tuntas
|
|
22
|
No.
Urut Siswa 22
|
13
|
65
|
|
Tuntas
|
23
|
No.
Urut Siswa 23
|
9
|
45
|
Belum Tuntas
|
|
24
|
No.
Urut Siswa 24
|
14
|
70
|
|
Tuntas
|
25
|
No.
Urut Siswa 25
|
10
|
50
|
Belum Tuntas
|
|
Jumlah
|
332
|
1660
|
|
|
|
Rata-rata
|
12,30
|
61,48
|
|
|
|
Belum Tuntas (Persentase)
|
|
|
11 (44%)
|
|
|
Tuntas (Persentase)
|
|
|
|
14 (56%)
|
Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa
hasil perolehan nilai tes pada Siklus I terdapat 11 siswa (44%) yang belum
tuntas belajar, sedangkan yang tuntas belajar hanya 14 orang (56%).
d.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan pada siklus I, dapat dilihat bahwa penerapan metode bermain
puzzle belum secara optimal dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa. Penyebab utama adalah kinerja guru belum maksimal. Hal ini disebabkan
guru belum sepenuhnya melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara
maksimal.
Hal tersebut di atas berdampak pada
masih banyaknya siswa yang tergolong tidak aktif atau kurang aktif yaitu
sebanyak 17 siswa (68%), sementara hanya
8 siswa (32%) yang termasuk dalam kategori cukup aktif, sementara siswa yang
tergolong aktif dan sangat aktif (0%). Kemudian pada indikator aktivitas,
aktivitas mengajukan menjawab pertanyaan
dari guru hanya 5 orang (20%), siswa yang mengetahui nama negara dan ibukotanya
juga masih rendah yaitu 8 orang (32%). Secara keseluruhan jika dirata-ratakan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode bermain puzzle
persentasenya masih 44%.
Hasil tes pada siklus I juga belum
memenuhi target ketuntasan (KKM). Rata-rata tes hanya mencapai nilai 61,48 dari
target KKM nilai 65,0. Sementara persentase ketuntasan belajar yaitu siswa yang
mencapai nilai 65,0 atau lebih hanya mencapai 56% dari target KKM 75%.
Berdasarkan hasil observasi pada
siklus I, peneliti bersama mitra kolaborasi (pengamat) melalukan analisis
sebagai berikut: peneliti tampak buru-buru memberikan materi pelajaran kepada
siswa sehingga banyak materi yang kurang dipahami siswa, peneliti juga kurang
memberikan perhatian pada siswa/kelompok yang mengalami kesulitan belajar.
Siswa belum terbiasa dengan metode bermain puzzle dan kegiatan belajar dalam
kelompok.
Berasarkan observasi analisis di
atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah :
1)
Guru
atau peneliti menyiapkan garis besar materi yang akan disampaikan kepada siswa
sehingga penyampaian materi dapat dilakukan sesuai waktu yang dialokasikan.
2)
Guru
atau peneliti akan mempertegas aturan berdiskusi, guru akan berkeliling kelas
membimbing dan memberi bantuan kepada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Menghimbau
kepada siswa agar membaca materi pelajaran di rumah dan mempersiapkan kelompok
yang akan membacakan hasil diskusi, juru bicara, penjawab soal, dan menyiapkan
pertanyaan untuk kelompok lain.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan
refleksi siklus I yang telah dilakukan, peneliti bersama mitra kolaborasi
mendiskusikan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam 2x pertemuan dengan
menggunakan metode examples non examples. Peneliti akan meningkatkan kinerja
secara optimal dalam proses pembelajaran.
Peneliti dan mitra kolaborasi sepakat bahwa skenario pembelajaran
disusun ulang pada siklus II. Sebelum pembelajaran dimulai, telah ditentukan
terlebih dahulu pembaca hasil diskusi, mempersiapkan pertanyaan, dan penjawab
soal di tiap kelompok. Kemudian disiapkan lembar puzzle yang akan disusun
siswa. Skenario ini disusun untuk meningkatkan aktivitas siswa, disiapkan juga
lembar observasi untuk memantau aktivitas siswa.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II
hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus I, ada beberapa kegiatan yang
ditingkatkan intensitasnya, seperti: membangkitkan motivasi siswa, menjelaskan
materi pelajaran dengan lebih jelas, mengkondisikan siswa untuk bersiap dalam
belajar kelompok, mengkondisikan siswa untuk berani menjawab dan mengajukan
pertanyaan, serta memberi apresiasi (penghargaan) berupa pujian atau nilai
kepada siswa yang aktif.
c. Pengamatan/Observasi
Dalam siklus II ini peneliti dan mitra
kolaborasi juga menyiapkan lembar observasi untuk memantau perkembangan
aktivitas siswa dalam kelas. Hasil observasi dari siklus II ini kemudian
dibandingkan dengan hasil observasi di siklus I untuk mengetahui peningkatan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk selanjutnya hasil
observasi pada siklus II ditampilkan dalam beberapa tabel berikut:
Tabel 5.
Data Aktivitas
Belajar Siswa Siklus II
No.
|
No. Urut Siswa
|
Nomor Indikator
Aktivitas
|
Jumlah
|
Skor
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||||
1
|
Siswa 1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
||||
2
|
Siswa 2
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
3
|
Siswa 3
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
||||
4
|
Siswa 4
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
5
|
Siswa 5
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
6
|
Siswa 6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
100,0
|
||||
7
|
Siswa 7
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
8
|
Siswa 8
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
2
|
40,0
|
||||
9
|
Siswa 9
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
100,0
|
||||
10
|
Siswa 10
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
11
|
Siswa 11
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
12
|
Siswa 12
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
||||
13
|
Siswa 13
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
100,0
|
||||
14
|
Siswa 14
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
||||
15
|
Siswa 15
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
16
|
Siswa 16
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5
|
100,0
|
||||
17
|
Siswa 17
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
3
|
60,0
|
||||
18
|
Siswa 18
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
19
|
Siswa 19
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
3
|
60,0
|
||||
20
|
Siswa 20
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
21
|
Siswa 21
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
22
|
Siswa 22
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
23
|
Siswa 23
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
24
|
Siswa 24
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
3
|
60,0
|
||||
25
|
Siswa 25
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
4
|
80,0
|
||||
Jumlah
|
19
|
19
|
20
|
14
|
17
|
|
|
|||||
Persentase
|
76,0
|
76,0
|
80,0
|
56,0
|
68,0
|
|
|
|||||
Keterangan Indikator
Aktivitas
|
||||||||||||
1
|
Siswa memahami materi
pembelajaran
|
|||||||||||
2
|
Siswa dapat menyusun
puzzle dengan benar dalam waktu yang ditentukan
|
|||||||||||
3
|
Mengetahui nama negara
|
|||||||||||
4
|
Menjawab pertanyaan
dari guru
|
|||||||||||
5
|
Berkompetisi secara
sehat antar siswa
|
|||||||||||
Penilaian
|
||||||||||||
Melakukan aktivitas
|
= 1
|
|||||||||||
Tidak melakukan
aktivitas
|
= 0
|
|||||||||||
Tabel 6. Data Indikator Aktivitas Belajar Siswa Pada
Siklus II
No
|
Indikator
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
1
|
Siswa memahami materi pembelajaran
|
19
|
76%
|
2
|
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang
ditentukan
|
19
|
76%
|
3
|
Mengetahui nama negara dan ibukotanya
|
20
|
80%
|
4
|
Menjawab pertanyaan dari guru
|
14
|
56%
|
5
|
Berkompetisi secara sehat antar siswa
|
17
|
68%
|
Rata-rata
|
18
|
71%
|
Pada siklus II berdasarkan data di atas,
terlihat jumlah siswa yang aktif mengalami peningkatan. Secara klasikal,
rata-rata siswa yang aktif sudah mencapai 71%
berdasarkan indikator aktivitas.
Aktivitas siswa didominasi oleh aktivitas memperhatikan dan memahami
materi pelajaran (76%), aktivitas dapat menyusun puzzle dengan benar dan tepat
waktu 76%, pengetahuan siswa menyebut nama negara dan ibukotanya 80%, menjawab
pertanyaan dari guru 56% dan mampu berkompetsisi secara sehat antar siswa 68%.
Sehingga persentase siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus I dikategorikan dalam tabel berikut :
Tabel 7. Kategori
Skor Aktivitas Siswa Siklus II
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Kategori
|
Keterangan
|
1 - 19
|
0
|
0%
|
sangat rendah
|
tidak aktif
|
20 - 39
|
0
|
0%
|
rendah
|
kurang aktif
|
40 - 59
|
1
|
4%
|
sedang
|
cukup aktif
|
60 - 79
|
13
|
52%
|
tinggi
|
aktif
|
80 - 100
|
11
|
44%
|
sangat tinggi
|
sangat aktif
|
Tabel 8. Hasil
Perolehan Nilai Tes pada Siklus II
No.
|
No. Urut Siswa
|
Skor
|
Nilai
|
Keterangan
|
|
Belum Tuntas
|
Tuntas
|
||||
1
|
No.
Urut Siswa 1
|
9
|
45
|
Belum Tuntas
|
|
2
|
No.
Urut Siswa 2
|
14
|
70
|
|
Tuntas
|
3
|
No.
Urut Siswa 3
|
11
|
55
|
Belum Tuntas
|
Tuntas
|
4
|
No.
Urut Siswa 4
|
20
|
100
|
|
Tuntas
|
5
|
No.
Urut Siswa 5
|
20
|
100
|
|
Tuntas
|
6
|
No.
Urut Siswa 6
|
15
|
75
|
|
Tuntas
|
7
|
No.
Urut Siswa 7
|
14
|
70
|
|
Tuntas
|
8
|
No.
Urut Siswa 8
|
10
|
50
|
Belum Tuntas
|
|
9
|
No.
Urut Siswa 9
|
11
|
55
|
Belum Tuntas
|
|
10
|
No.
Urut Siswa 10
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
11
|
No.
Urut Siswa 11
|
13
|
70
|
|
Tuntas
|
12
|
No.
Urut Siswa 12
|
18
|
85
|
|
Tuntas
|
13
|
No.
Urut Siswa 13
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
14
|
No.
Urut Siswa 14
|
14
|
75
|
|
Tuntas
|
15
|
No.
Urut Siswa 15
|
12
|
65
|
|
Tuntas
|
16
|
No.
Urut Siswa 16
|
18
|
90
|
|
Tuntas
|
17
|
No.
Urut Siswa 17
|
15
|
75
|
|
Tuntas
|
18
|
No.
Urut Siswa 18
|
14
|
70
|
|
Tuntas
|
19
|
No.
Urut Siswa 19
|
14
|
75
|
|
Tuntas
|
20
|
No.
Urut Siswa 20
|
13
|
65
|
|
Tuntas
|
21
|
No.
Urut Siswa 21
|
12
|
60
|
|
Tuntas
|
22
|
No.
Urut Siswa 22
|
16
|
80
|
|
Tuntas
|
23
|
No.
Urut Siswa 23
|
16
|
85
|
|
Tuntas
|
24
|
No.
Urut Siswa 24
|
13
|
65
|
|
Tuntas
|
25
|
No.
Urut Siswa 25
|
11
|
55
|
Belum Tuntas
|
|
Jumlah
|
347
|
1755
|
|
|
|
Rata-rata
|
13,88
|
70,20
|
|
|
|
Belum Tuntas (Persentase)
|
|
|
5 (20%)
|
|
|
Tuntas (Persentase)
|
|
|
|
20 (80%)
|
Dari tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa
hasil perolehan nilai tes pada Siklus II terdapat 5 siswa (20%) yang tidak
tuntas belajar, sedangkan yang tuntas belajar telah mencapai 20 orang (80%).
d.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan selama siklus II dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran
IPS. Hal ini tampak dari berkurangnya siswa yang tergolong tidak atau kurang
aktif, pada siklus I sebanyak 17 siswa
(68%) yang tidak aktif atau kurang aktif, dan pada siklus II menurun menjadi 1
siswa (4%) pada siklus II.
Hasil indikator aktivitas siswa juga
mengalami kenaikan dari 44% pada siklus I menjadi 71% pada siklus II. Aktivitas
kemampuan siswa dalam menyusun puzzle dan mengetahui nama negara dan ibukotanya
meningkat cukup signifikan.
Ketuntasan belajar siswa juga meningkat, pada
siklus I nilai rata-rata 61,48, yang tidak tuntas belajar 44%, sementara persentase tuntas belajar 56%. Pada siklus II
terjadi peningkatan, nilai rata-rata 70,20 dengan persentase 20% yang tidak
tuntas belajar, sementara yang tuntas belajar meningkat menjadi 80%.
Setelah dilakukan analisis dan refleksi
siklus II diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode bermain puzzle dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VI
di SD Negeri 101789 Kec. Patumbak TP. 2012/2013.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Aktivitas Belajar Siswa
Pembelajaran dengan menerapkan metode
bermain puzzle dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran IPS
pada pokok bahasan mengidentifikasi benua-benua. Berdasarkan hasil refleksi
siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa yang telihat selama penelitian. Ada pun
peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 9. Data
Perbandingan Indikator Aktivitas
Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
No.
|
Indikator
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
Siswa memahami materi pembelajaran
|
17
|
19
|
68%
|
76%
|
2
|
Siswa dapat menyusun puzzle dengan benar dalam waktu yang
ditentukan
|
18
|
19
|
72%
|
76%
|
3
|
Mengetahui nama negara dan ibukotanya
|
8
|
20
|
32%
|
80%
|
4
|
Menjawab pertanyaan dari guru
|
5
|
14
|
20%
|
56%
|
5
|
Berkompetisi secara sehat antar siswa
|
7
|
17
|
28%
|
68%
|
Rata-rata
|
11
|
18
|
44%
|
71%
|
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa indikator aktivitas mengalami kenaikan, dimana pada siklus I hanya 44%
dari indikator aktivitas dapat dilaksanakan siswa. Namun pada siklus II
mengalami kenaikan 71% dimana siswa sudah dapat melaksanakan indikator
aktivitas yang telah ditetapkan. Indikator aktivitas tertinggi dapat dilihat
semakin mantapnya siswa dalam memperhatikan materi pelajaran (76%), menyusun
puzzle (76%) dan mengetahui negara serta ibukotanya (80%).
Tabel 10. Data
Perbandingan Peningkatan Aktivitas
Belajar Siswa
Pada Siklus I dan II
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Kategori
|
Keterangan
|
||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
1 - 19
|
3
|
0
|
12%
|
0%
|
sangat rendah
|
tidak aktif
|
20 - 39
|
14
|
0
|
56%
|
0%
|
rendah
|
kurang aktif
|
40 - 59
|
8
|
1
|
32%
|
4%
|
sedang
|
cukup aktif
|
60 - 79
|
0
|
13
|
0%
|
52%
|
tinggi
|
aktif
|
80 - 100
|
0
|
11
|
0%
|
44%
|
sangat tinggi
|
sangat aktif
|
Gambar 2. Grafik
Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
Pada Siklus I dan
Siklus II
Berdasarkan data
di atas maka ada peningkatan aktivitas belajar siswa per siklusnya. Jika pada
siklus I masih ada 12% siswa yang tidak aktif, sementara siswa yang kurang
aktif 56%, dan cukup aktif 42%. Tidak ada siswa yang aktif atau sangat aktif
(0%). Kemudian pada siklus II ada peningkatan aktivitas. Pada siklus II, siswa
yang tidak aktif atau kiurang aktif sudah tidak ada lagi (0%), hanya 4% siswa
yang cukup aktif, (6,1%), sementara
siswa aktif sebanyak 52% dan siswa yang sangat aktif persentasenya mencapai
44%.
2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bermain puzzle memiliki dampak positif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil
belajar melalui tes yang dilakukan setiap siklusnya.
Tabel 11. Data Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I
dan II
Skor
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Keterangan
|
Nilai Rata-rata
|
|||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1 - 64
|
11
|
5
|
44%
|
20%
|
Tidak
tuntas
|
61,48
|
70,20
|
65 - 100
|
14
|
20
|
56%
|
80%
|
Tuntas
|
Gambar 3. Grafik
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Dari analisis data pada setiap siklus
diperoleh perubahan positif terhadap nilai rata-rata dan persentase ketuntasan
hasil belajar siswa. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 11
orang (44%), sedangkan persentase ketuntasan belajar sebesar 54,5% dengan nilai
rata-rata 61,48. Pada siklus II, siswa yang tidak tuntas belajar tinggal 5
orang (20%), sedangkan siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 orang (80%) dengan
nilai rata-rata 70,20.
Dari hasil analisis data ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPS melalui metode bermain puzzle pada kelas VI
di SD Negeri 101789 Marindal I TP. 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar
dengan jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan belajar mencapai 80%, dan hal
ini sudah melebih dari target KKM sebesar 75%.
Langganan:
Postingan (Atom)